Sex Tourism: Kenikmatan yang Dirahasiakan

Illustration : Voluptaria/Transme

Sebuah Pengantar,

Masih ingat dengan seorang public figure yang viral soal menjemput rezeki di awal tahun 2019 lalu? Kita tentu tahu kasus tentang public figure yang tertangkap basah saat “menjemput rezeki” itu. Sejatinya dalam konsep pariwisata, dia hanya sedang melakukan bisnis sebagaimana bisnis jasa as usual, hanya saja yang membedakan hanyalah konteks bisnis yang dijalaninya.  Bisnis kontroversial ini kemudian dapat disebut dengan sex tourism. Sex tourism atau wisata seks adalah sebuah wisata yang menempatkan seks menjadi atraksi dan daya tarik utama dalam destinasi wisata. Hal ini merupakan salah satu konsep terusan dari pengembangan di bidang destinasi wisata dan menjurus kepada wisata minat khusus.

Karena keuntungan yang relatif tinggi dan pasar yang kooperatif, kegiatan wisata seks kerap kali dilakukan meski menabrak berbagai landasan hukum di suatu negara dan umumnya dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi.  Nyatanya, wisata seks mampu menarik wisatawan minat khusus dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan ada beberapa kategori, fitur, dan tawaran yang dijual di dalam wisata seks. Diantaranya adalah sex show, mail bride, child sex tourism, dan sex slavery. Berikut ulasan singkatnya :

  • Pertunjukan Seks : Pertunjukan seks adalah pertunjukan langsung yang melibatkan tindakan seks. Pertunjukan tersebut seringkali melibatkan alat peraga, seperti telur atau pisau cukur, dan akan menampilkan adegan grafis dari aktivitas seksual.
  • Mail Bridge : Mail bride merupakan sebuah kegiatan jual diri secara terang-terangan dimana para perempuan yang ingin menjual dirinya menampilkan fotonya sebagai iklan dan disebarluaskan melalui media daring maupun luring dengan tulisan “untuk dijual”.
  • Wisata Seks Anak : Child sex tourism atau wisata seks anak merupakan sebuah kegiatan wisata seks dimana semua para pekerjanya di bawah 18 tahun. Pariwisata seks anak telah ditentang oleh banyak negara di dunia dan kesadaran akan masalah ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Kegiatan Ini dapat ditemukan di berbagai jenis tempat, mulai dari rumah bordil hingga pantai atau hotel bintang lima. Hal ini dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama, misalnya saat anak ‘dibentuk’ untuk menjadi pekerja yang profesional atau bisa juga terjadi dengan cepat, misalnya saat anak tersebut ‘dijual’ ke dalam perdagangan seks.
  • Perbudakan Seks : Perbudakan seks merupakan kegiatan yang ditentang oleh banyak negara. Pasalnya kegiatan ini telah mengambil hak-hak hidup para pekerjanya dan juga melakukan banyak pelanggaran HAM karena para pekerja diperlakukan dengan sangat tidak manusiawi dan mereka bekerja secara paksa. Pasalnya banyak pekerja diperlakukan secara semena-mena dan tanpa adanya izin yang jelas akan tubuhnya saat melakukan pekerjaanya.
Tipe Pekerja di Industri Sex Tourism

Ada dua tipe para pelaku/pekerja dalam sex tourism. Yang pertama adalah pekerja yang menjual jasa dengan sukarela atau voluntary dan yang kedua adalah pekerja yang menjual jasa dengan terpaksa. Pekerja sex tourism yang menjual jasa dengan sukarela biasanya melakukan pekerjaan dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan siapapun untuk melakukan pekerjaanya. Namun, bagi pekerja sex tourism yang menjual jasa dengan terpaksa biasanya para pekerja tersebut adalah korban dari perdagangan manusia yang dijual untuk bekerja di industri sex tourism. Biasanya para pekerja ini melakukan pekerjaan mereka dengan terpaksa atau bahkan tidak memberikan konsen atau izin secara jelas saat melakukan pekerjaannya.

Sex Tourism di Indonesia

Di Indonesia sendiri kegiatan wisata seks merupakan kegiatan yang ilegal karena masih mempunyai sangkut paut dengan prostitusi. Dalam hukum pidana umum, persoalan prostitusi diatur hanya dalam 1 pasal, yaitu Pasal 298 KUHP. Pasal ini melarang siapa saja yang menjadikan sebagai mata pencaharian atau kebiasan dan mengambil keuntungan atas kegiatan cabul yang dilakukan oleh orang lain dan ancaman pidananya maksimum 1 tahun 4 bulan.Namun, tetap saja wisata seks di Indonesia terus berkembang dengan atau tanpa adanya payung hukum yang melindungi atau menentang kegiatan tersebut. Ada salah satu lokasi di daerah Puncak, Bogor, Jawa Barat yang menawarkan wisata seks halal. Dimana para calon wisatawan di anjurkan untuk menikahi sang penjual jasa sebelum melakukan kegiatan tersebut. Pernikahan ini dinamakan Kawin Kontrak. Dinamakan kawin kontrak karena pernikahan ini mempunyai perjanjian dan batas waktu tertentu yang tertera di dalam kontrak tersebut dengan biaya paket yang di telah disediakan. Biaya paket tersebut mempunyai harga mulai dari 5 juta untuk turis lokal dan mulai dari 25 juta hingga 50 juta untuk turis asing. Selain itu masih banyak destinasi wisata seks lain yang terkenal dan menjadi rahasia umum seperti D***y, Pasar Ke***ng, T***es, sampai dengan prostitusi di hotel-hotel berbintang.

 Negara Yang Telah Melegalkan Sex Tourism

Kegiatan sex tourism merupakan kegiatan yang sangat dilarang oleh banyak negara. Namun tidak sedikit juga negara yang berhak melegalisasi kegiatan ini demi mendatangkan keuntungan. Ada beberapa negara yang telah melegalkan kegiatan sex tourism. salah satunya adalah Belanda. Selain pariwisatanya yang terkenal di bidang sejarah dan seni, Belanda juga terkenal akan kegiatan wisata seks yang berkembang cukup pesat. industri wisata seks di negara ini telah dilegalisasi oleh pemerintah sejak tahun 2000. Ikon wisata seks Belanda dapat dijumpai di Red Light District yang terletak di De Wallen, Amsterdam. Wilayah tersebut adalah pusat utama dari industri seks Belanda yang berkembang melalui keberadaan rumah bordil, sex club, dan cabaret show.

Dengan dilegalisasinya wisata seks, Belanda cukup memperoleh banyak keuntungan. Salah satunya adalah naiknya popularitas negara tersebut di mancanegara, khususnya bagi para wisatawan yang tertarik akan kegiatan wisata tersebut. legalisasi industri seks di Belanda juga menarik banyak tenaga kerja asing. Melalui data yang didapatkan oleh Stephen & Carter (2000), sebanyak 32% dari pekerja seks di Belanda berasal dari luar wilayah negara tersebut (12% dari negara di Amerika Latin, 8% dari Benua Afrika, dan 4% dari Benua Asia).

Selain mendatangkan keuntungan yang besar, legalisasi kegiatan seks di negara tersebut juga memiliki beberapa masalah penting terkait kegiatan wisata seks. Di antaranya adalah banyak para pekerja/penjual jasa wisata seks yang masih dibawah minimal umur yaitu 21 tahun. Warga negara asing yang menjadi pekerja seks di Belanda sering kali tidak terdaftar secara legal dan tidak memiliki lisensi, oleh karena itu banyak dari mereka yang dapat menghindari pajak penghasilan serta check-up kesehatan yang dilaksanakan rutin oleh pemerintah kota (Spapens & Rijken, 2014). Selain itu, tidak sedikit pula para pekerja wisata seks yang merupakan korban dari perdagangan manusia. Para pekerja tersebut biasanya berasal dari Afrika dan Asia yang ternyata adalah korban dari perdagangan manusia atau human trafficking. Dalam sebuah data yang didapatkan oleh van Wijk et.al. (2010), sebanyak 8% pekerja seks di Amsterdam adalah korban dari human trafficking.Selain Belanda, masih ada beberapa negara yang telah melegalkan kegiatan sex tourism ini di antaranya adalah Jepang, Thailand, Singapura, serta Republic Zambia.

Dampak Wisata Seks

Setiap hal yang kita lakukan pastinya akan menimbulkan dampak, baik itu dampak positif maupun negatif yang akan dirasakan oleh diri kita sendiri bahkan dapat dirasakan orang lain. Keberadaan wisata seks menimbulkan pro kontra yang sangat sengit, terlebih jika kegiatan ini dilakukan di tempat yang sangat menjunjung tinggi nilai moral seperti di Indonesia. Beberapa dampak dari kegiatan wisata seks adalah meningkatnya jumlah pengunjung yang datang. Terlebih jika tempat tersebut sejak awal adalah sebuah tempat wisata. Kegiatan ini juga dapat memancing datangnya para wisatawan untuk berkunjung ke destinasi di sekitar wisata seks. Salah satu contohnya ada di  Kota Batu.

Dengan lokasi yang mudah untuk diakses, Kota Batu merupakan sebuah kota wisata yang mempunyai berbagai tempat wisata yang menarik khususnya wisata alamnya. Penginapan yang terletak diantara pemukiman serta standar villa yang mirip hotel adalah indikator penting dalam pariwisata. Namun, selain wisata alamnya, Batu mempunyai sebuah lokasi yang cukup terkenal dengan wisata seksnya, yaitu penginapan S*******ti. Wisata seks di S********ti ini mempunyai perkembangan yang cukup signifikan. Sebagian warga menganggap bahwa kegiatan bisnis ini mempunyai potensi keuntungan yang cukup besar sehingga mereka ikut peran dalam pengembangan bisnis tersebut yaitu dengan cara menyediakan tempat penginapan untuk bisnis wisata seks.

Pada akhirnya bisnis ini ikut berperan pula dalam membuka lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat sekitar. Namun, sebagian masyarakat juga merasakan dampak dari berdirinya bisnis wisata seks di lokasi tersebut, dimana para anak-anak yang masih bersekolah harus tumbuh berdampingan dengan kegiatan tersebut. Walaupun bertentangan dengan nilai-nilai budaya dan agama, masyarakat serasa sudah dapat hidup berdampingan dengan kegiatan bisnis tersebut. Mereka melakukan kegiatan ibadah dan kegiatan sehari-hari dengan tenang.

Wisata seks merupakan sebuah bisnis besar yang telah berkembang dari berpuluh-puluh tahun yang lalu dimana banyak para pebisnis yang memilih untuk mengembangkan wisata seks ini tanpa adanya perizinan dari pemerintah atau bahkan izin dari para pekerja mereka demi mendapatkan keuntungan yang besar, khususnya di Indonesia dimana hingga hari ini masih banyak kegiatan bisnis semacam ini yang dilakukan secara sembunyi. Namun apakah benar bisnis ini dilakukan sepenuhnya secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh pemerintah?


Daftar Pustaka :
  1. eTurboNews. 2019. Sex Tourism And Prostitution : Which Destination Are Safe?. eTurboNews.com :https://www.eturbonews.com/461134/sex-tourism-and-prostitution-which-destinations-are-safe. Diakses pada 7 September 2020.
  2. Rosyida, Esadina Inda & FX. Sri Sadewo. 2013. Seks dan Pariwisata : Fenomena Penginapan Esek-esek Songgoriti. Media.neliti.com :https://media.neliti.com/media/publications/247948-seks-dan-pariwisata-fenomena-penginapan-0509db06.pdf. Diakses pada 7 september 2020.
  3. Stainton, Hayley. 2020. Sex tourism explained: What, why and where. Tourismteacher.com :https://tourismteacher.com/sex-tourism/ Diakses pada 6 September 2020.
  4. Thaib, Aji Najiullah. 2020. Fenomena Wisata Seks Halal dan Kawin Kontrak. Kompasiana.com :https://www.kompasiana.com/aji94134/5e4a0332097f3610d36e38d5/fenomena-wisata-seks-halal-dan-kawin-kontrak?page=all. Diakses pada 8 September 2020
  5. Wikipedia. 2019. Industri Pariwisata. Id. wikipedia.org :https://id.wikipedia.org/wiki/Industri_pariwisata#:~:text=Industri%20Pariwisata%20dapat%20di artikan%20sebagai,mereka%20yang%20dilakukan%20perjalanan%20wisata. Diakses pada 6 September 2020.

EDITOR : YANU

Leave a Reply

Your email address will not be published.